Wednesday, July 10, 2019

Setia

Setia
David Jonathan Lonardy
Sakit,namun tidak perlu khawatir.Aku baik-baik saja.Bahagiamu adalah bahagiaku.Semua kenangan itu,semua yang terjadi,hanya kita berdua yang mengetahuinya.Semua akan berlalu bagai air yang mengalir.Mari kita kembali seperti semula,ketika hubungan ini tidak melibatkan perasaan yang mendalam.Walaupun segala hal akan berbeda dari sebelumnya,namun asalkan engkau tidak melupakanku,yang pernah disampingmu dalam senang dan susahmu,yang pernah menjadi cinta rahasiamu,itu saja sudah cukup.

Kami bertemu pertama kali pada saat masuk SMA.Flora Agatha Peraru,itulah namanya.Kami mulai dekat dan membicarakan segala hal saat Dia pertama kali chatting denganku.Kami saling berbagi pengalaman yang pernah kami rasakan,bercanda gurau,dan lain sebagainya.Saat itupun Aku merasa bahwa Dia akan menjadi sahabat yang baik.Flora sering meminta bantuanku dalam bagaimana menjalani hubungan dengan orang lain.

Aku masih mengingat bagaimana Dia pertama kali meminta bantuan dan saranku saat menjalani hubungan dengan salah seorang teman kelasnya.Saat itu Dia mengajakku untuk pergi ke sebuah taman.”Andrew,bagaimana caranya mempertahankan hubungan ini? Kita beda agama,tapi Aku tidak mau putus,Aku masih sayang sama Dia” Ujarnya sambal menyantap es krim.Diriku yang duduk di sebelahnya pun memberi beberapa saran saat itu,”Yah,mau bagaimanapun Kalau beda agama susah untuk kedepannya.Saranku sih putus,kecuali kamu bisa mengajaknya untuk pindah agama”.”Wah itu sih mustahil,Dia imannya kuat.Kami juga tidak mau terlalu menyinggung masalah itu sih dalam hubungan” balas Flora.”Itu cukup penting untuk kedepannya,tapi kembali lagi,keputusan berada dalam tanganmu” saranku yang menjadi penutup pembicaraan tersebut”.Setelah itu kami menghabiskan hari lalu Aku mengantarnya pulang.Pada saat malam pun kami masih saling chatting untuk membahas hubungannya dengan teman sekelasnya tersebut.

Dia cukup labil dalam memutuskan segala sesuatu,apalagi ada kaitannya dengan perasaan.Saat itu hubungannya dengan teman sekelasnya bertahan beberapa bulan lalu putus dengan alasan perbedaan agama tersebut.Aku cukup senang dengan ketetapan hatinya karena Dia lebih memilih imannya daripada seorang manusia.Namun kisah percintaannya tidak berakhir disitu.Ternyata salah satu teman sekelasnya yang lain juga menyukainya.Sesuatu yang sebenarnya sudah Ku prediksi tapi Ku kesampingkan karena berpikir bahwa itu tidak mungkin.Seiring berjalannya waktu,mereka pun pacaran.Flora masih sering mengabariku dan meminta saran untuk hubungannya yang baru ini.Kali ini pacarnya seiman,namun cukup kasar dan cuek kepada Flora.Anehnya Flora tetap sayang dan tidak ingin hubungannya dengan lelaki tersebut berakhir.Flora hebat.

Karena tidak memungkinkan untuk Flora mengajakku pergi keluar seperti sebelumnya,maka Dia mengajakku untuk videocall.”Yang ini agak berbeda,Drew,bagaimana ini? Aku capek meladeni dia tapi Aku juga masih sayang sama dia.” Celotehnya saat memulai videocall,”Yah mau bagaimana lagi,kali ini saranku tetap sama,yaitu putuskan saja dia kalua masih membuatmu kurang nyaman.” Saranku kepadanya.Lalu Flora pun kembali bertanya “Aku susah lupakan dia.Nanti kalo putus Aku bisa susah move on dari dia,kan menyusahkan diri sendiri itu namanya.”,”Kalo mau move on,carilah aktivitas yang bisa mengalihkanmu dari dia,contohnya belajar dan kerja keras.Kan kamu sebentar lagi mau lomba” Saranku.”Itu akan sulit.Pada akhirnya Aku yang memutuskannya sendiri ya? Baiklah,terima kash atas sarannya !” Ujarnya menutup videocall.

Hubungannya dengan pacar barunya itu bertahan cukup lama,kira-kira tujuh bulan.Hubungan mereka pun berakhir karena Flora lelah meladeni pacarnya tersebut.Semenjak itu,Dia terus fokus agar bisa move on dari mantannya.Lagi dan lagi,ia meminta bantuanku,tapi kali ini berbeda.”Aku ingin move on dari dia,Aku sudah lelah dengan segalanya.Kamu mau tidak jadi pelampiasanku untuk beberapa saat?” permintaanya kepadaku membuatku bingung,apa maksudnya? “Biar kuperjelas lagi,kamu mau tidak kita pacaran? Aku bisa melihat kesetiaanmu,Aku sudah lelah dengan hubunganku yang selalu berakhir karena tidak cocok.Aku hanya ingin kita jalani saja dulu,nanti juga kamu terbiasa,bagaimana?”Tawarnya sekali lagi,herannya lagi Aku malah menerima ajakan tersebut.”Baiklah,kalau itu bisa buat kamu move on” Ujarku.

Namun tak terasa seiring berjalannya waktu,kami semakin dekat.Persahabatan yang berubah menjadi percintaan ini membawa kenyamanan tersendiri bagi kami karena kami sudah mengenal satu sama lain.Namun lama-kelamaan,semua berubah.Flora merasa bahwa ini akan terasa aneh.Dia ingin kembali menjadi sahabat seperti semula.”Kita putus yah?Aku merasa kalau kamu lebih cocok menjadi sahabatku.Aku hanya tidak ingin percintaan ini akan merusak hubungan kita suatu saat nanti.Aku hanya ingin kita kembali sepert dulu” Ucapnya di kelasku,saat sudah sepi karena jam pulang.Awalnya Dia sudah memberiku pesan berupa ajakan untuk bertemu saat pulang sekolah nanti.Aku pun sudah merasa bahwa Dia akan memutuskanku.”Baiklah,semua demi kebahagiaanmu” menjadi kalimat penutup dari pertemuan tersebut.Melupakan segala kenangan yang sudah terbentuk menjadi lebih sulit karena hubungan kami yang terlalu erat.
Seiring berjalannya waktu,kami perlahan kembali memulainya dari awal,persahabat yang sudah ada,akan sangat canggung,namun itu adalah satu-satunya cara agar diriku ini tetap bersamamu.Kesetiaanku selama ini hanya padamu karena ternyata selama ini Aku mencintaimu.Bahagiamu adalah bahagiaku.Beberapa bulan kemudian,salah seorang teman dekatku saat SMP ingin mendekati Flora.Akupun membantu mereka berdua untuk dekat,dan akhirnya mereka pacaran.Teman dekatku itu kukenal baik karena kesetiannya dalam menjalani hubungan.Mereka terlihat bahagia.Semua akan baik-baik saja.
Waktu terus berjalan,tiba saatnya untuk perpisahan.Aku pun bertemu dengannya untuk yang keterakhir kalinya.”Flora,terima kasih untuk segalanya,tetaplah bahagia,Aku akan pergi jauh untuk mengejar cita-citaku,Kamu juga berjuang yah!” ucapku sambal menahan sakit dihati.Terima kasih juga Andrew,Aku akan mengingatmu sebagai sahabat terbaik yang pernah ada.Terima kasih pernah mencintaiku walaupun cuman sesaat,Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita berdua” balasnya dengan mata berkaca-kaca dan senyum seolah mengisyaratkan untuk menahan kesedihan yang dia rasakan.
Kami pun berpelukan untuk yang terakhir kalinya.Kami benar-benar akan berpisah jauh,komunikasi pun tidak akan sama seperti sebelumnya.Dia punya kekasih yang akan menjaganya,sedangkan Aku hanyalah seseorang yang kebetulan pernah mampir ke cerita hidupnya.Tangis kami berdua tak tertahankan.Kami melepas segala perasaan yang pernah ada dan meninggalkannya di masa lalu,berjalan ke depan untuk masa depan yang lebih baik.

Sepuluh tahun berlalu,sebuah undangan pernikahan tiba di ruanganku.Tertera nama Flora Agatha Peraru dan Yohanes Sebastian Sampelalan.Aku pun tersenyum lebar melihat undangan tersebut.
”Akhirnya kamu menemukan kebahagianmu yah? Tenang saja Flora,…

…bahagiamu adalah bahagiaku”
.
.
.
.
END


Sekian cerpen buatan saya,terima kasih :)

Friday, May 18, 2018

Aku dan Dia


Aku dan Dia
David Jonathan Lonardy
Ini kisahku saat remaja.Penuh dengan kebahagiaan dan kepahitan,namun Aku selalu mengingatnya,berputar-putar di pikiranku dan ingin menarikku kembali ke masa-masa tersebut.Semuanya telah berlalu,10 tahun sudah.Kupikir semua telah berakhir,namun ternyata belum.Dia masih ada,bersamaku.Kenangan bersama Dia kembali terulang.Apa maksud dari semua ini ? Padahal ku ingin melupakan memori indah nan pahit bersamanya.Kenapa kami kembali dipertemukan setelah 10 tahun ?
Jalur undangan,jalur spesial bagi mereka yang cerdas dan berprestasi.Syaratnya cukup mudah,cukup memasukkan berkas-berkas yang di tentukan,seperti daftar nilai-nilai mereka selama mereka bersekolah.Jika nilai tersebut dinyatakan memenuhi,maka siswa yang bersangkutan akan diterima,jika tidak,maka sebaliknya.Semua siswa cukup antusias mendengar hal tersebut,jika mereka berhasil,tes masuk SMA akan mereka lewati atau dengan kata lain bebas tes.Aku tertarik dan ingin mencoba hal tersebut.SMA A,SMA B,dan SMA S adalah daftar sekolah yang mengadakan jalur tersebut.Aku ingin mengikuti jalur undangan SMA A,karena teman-temanku ingin mendaftarkan dirinya ke sekolah tersebut.Namun orang tuaku menginginkanku untuk mengikuti jalur undangan SMA S,karena lebih berkualitas.Aku pun hanya bisa patuh,toh kalau gagal aku bisa tes ke SMA A.Itulah pola pikirku,sebelum menyadari sesuatu.Dia,teman sekelasku yang kusukai selama 2 tahun,mengikuti jalur undangan SMA S.Tiba-tiba pola pikirku berubah,menjadi lebih optimis dan tak ingin gagal dalam jalur undanganku.
Disinilah Aku sekarang,SMA S.Berada di sekolah ini cukup sulit.Karena Aku gagal dalam jalur undangan SMA S,Aku pun beralih ke jalur tes.Aku berusaha keras agar lolos,dan akhirnya berhasil.Aku selalu bertanya-tanya,apakah pilihanku sudah tepat ataukah salah.Bagaimana jika Dia tidak lagi sekelas denganku? Bagaimana jika Aku jadi kehilangan motivasi belajar karenanya? Aku pun berharap pilihanku tepat,memasuki sekolah ini dan menjadikannya motivasiku dalam berprestasi.
Kemungkinan terburukku terjadi.Dia berbeda kelas denganku.Aku mulai kehilangan motivasiku.Namun Aku selalu berpikir positif,perbedaan kelas tidak akan mempengaruhi motivasiku dalam berprestasi.Semangat belajarnya akan ku jadikan semangatku.
Tiga bulan berlalu,pendaftaran untuk bimbingan olimpiade telah dibuka.Jelas saja aku memilih bimbingan olimpiade matematika.Namun Aku ragu akan Dia yang belum memutuskan ingin bergabung ke bimbingan olimpiade matematika atau tidak.Hampa rasanya tanpa kehadirannya.Dan lagi-lagi kemungkinan terburukku terjadi.Dia memutuskan untuk bergabung ke bimbingan olimpiade Biologi,karena peluang untuk bersaing lebih mudah.Apa yang akan terjadi pada diriku  ?
Satu bulan pertama semenjak bimbingan olimpiade dimulai,semuanya terasa hampa.Materi pembuka saat itu,fungsi komposisi,tak dapat ku terima dengan baik.Buyar semua konsentrasiku.Aku pun memtuskan untuk ke perpustakaan untuk mencari beberapa referensi materi.Sore nan sejuk,ditemani dengan udara segar.Aku berada di dekat jendela,mengerjakkan beberapa soal sambil ditemani dengan sekotak susu coklat.”x nya berapa sih ?” Gumamku akibat kekesalan ini.”Hmmm,mungkin 3.Kan ini tadi sudah dimisalkan,tinggal merubah beberapa bagian di ruas kiri dan kanan”,ujar seseorang dengan suara halusnya.Dia berada disampingku sedang berdiri dan mengajariku.Aku pun terpacu dalam menjawab soal tersebut,sambil berharap momen ini tidak hilang dari hadapanku.
Kira-kira empat bulan telah berlalu. Aku terpacu dan ingin bersama dengannya dalam memperebutkan medali emas pada olimpiade bidang akademik yang cukup terkenal se-indonesia ini.Tahap penyisihan adalah tahap awal dari segalanya.Semua yang kupelajari,akan kugunakan dalam tahap awal ini.Terlebih lagi Aku,yang selalu belajar di perpustakaan demi bertemu Dia,menjadi lebih semangat.

Aku sering menemui Dia di perpustakaan,terkadang juga Aku menanyakan materi yang tak kumengerti padanya.Dan tak terasa,empat bulan kulalui bersamanya,selalu terulang hingga saat ini.Kuanggap ini kemajuan yang sangatlah pesat.Apakah Aku telah mengubah perasaanmu walau sedikit saja ? Semua materi terasa melekat,lebih mendalam akibat Dia yang selalu bersamaku.Lomba pun dimulai,dan Aku pun terpacu dengan segalanya.Hasil apakah yang akan kudapat ?
Dua minggu setelah lomba bergengsi tersebut terlaksana,hasilnya pun di umumkan.Aku lolos ke tahap selanjutnya,namun....
Dia tidak lolos ketahap selanjutnya.
Motivasiku untuk melaju ke tahap selanjutnya lenyap.Lagi-lagi kehampaan ini menghampiriku.Kenapa Aku selalu menerima kenyataan pahit setelah hal-hal baik yang kulalui ? Aku telah terpacu sejauh ini demi meraih prestasi bersamamu,karena hanya dengan cara tersebut Aku bisa selalu bersamamu.
Bulan Juli,tahap semifinal berjarak kurang lebih 3 hari lagi.Aku,yang telah kehilangan motivasi terus memaksakan diri demi hasil terbaik.Namun itu hanya memperburuk keadaan.Aku,satu-satunya perwakilan dari sekolahku gagal melaju ke tahap final.Pikiranku terasa hampa sesaat,ingin saja ku akhiri semua ini.Tapi bagaimana caranya ?
Tahun kedua,semuanya terasa hampa.Kenyataan bahwa Dia tidak lagi sekelas denganku,membuatku semakin terpuruk.Ingin ku menemuinya,sekedar menanyakan kabar atau menanyakan dimana kelasnya sekarang.Namun,terlintas di benakku,mengapa Aku ingin menemuinya ? Setelah Aku menanyakan semuanya lalu apa ? Semua sama saja,kan ?
Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut,mengesampingkan pikiranku yang mungkin saja sudah lelah dengan semua ini.Akupun menanyainya melalui pesan singkat.
“Hei.”
“Ada apa?”
“Dimana kelasmu sekarang?”
“XI MIA 2”
“Lagi-lagi kita beda kelas,yah.”
“Itu saja ?”
“Iya,maaf telah mengganggu,Aku hanya penasaran.hehehehe,Selamat malam.”
Percakapan yang sangatlah singkat,namun menyakitkan.Jawaban yang diberikan padaku adalah jawaban yang secukupnya.Secara pandangan psikologis,jawaban tersebut adalah pertanda bahwa lawan bicara atau dalam hal ini,Dia,kurang menyukai keberadaan lawan bicaranya atau Aku.Pertanda apakah ini ?
Selama 4 bulan sebelum lomba tersebut,kira-kira Dia telah menganggapku apa? Bahkan saat itu,jangan-jangan Dia hanya menganggapnya hal biasa ? Tak ada kah yang berubah,walaupun hanya sedikit saja,perasaanmu kepadaku ? Mungkin saja pandanganku bahwa selama ini kami ‘cukup dekat’ hanyalah bayangan belaka.Hanya sering bertemu dengannya di perpustakaan,selalu belajar bersama,itu semua hanyalah ‘kebetulan’ belaka.
Aku bertemu dengannya saat itu,kelas 1 SMP.Semuanya hanyalah ‘kebetulan’.Tiga tahun kulalui,dengan secara ‘kebetulan’ Dia selalu sekelas denganku.Aku menyukainya sejak kelas 2 SMP.Secara ‘kebetulan’ juga,Aku bisa lolos tes untuk memasuki sekolah ini,padahal itu adalah tahap tersulit.Dan lagi-lagi secara ‘kebetulan’,Dia selalu keperpustakaan hanya untuk belajar dan juga ‘kebetulan’ Aku sedang belajar di sana.Apakah kalian percaya pada ‘kebetulan’?
Malam yang dingin, kira-kira pukul 8 malam.Aku menerobos dinginnya malam dan derasnya hujan.Terdengar gila namun itulah kenyataan yang kulakukan.Untung saja rumah sahabatku belum terkunci.Aku pergi menemui sahabatku yang juga bersekolah di SMA S.Aku ingin saran dari sahabatku,apa yang ku harus lakukan sekarang ?
Angeline Victoria.Namanya saja sudah pasti,salah satu donatur SMA S  dan anak dari pengusaha terkenal.Aku selalu memberinya saran ketika dia sedang bingung,sekarang saatnya Aku yang harus diberi saran olehnya,Angeline.
”Hujan deras dan kamu nekat kesini.Sesuatu yang harus kuakui darimu” Sambut Angeline dari dalam rumahnya.”Terima kasih atas pujiannya.Aku butuh pendapatmu saat ini” Ujarku yang agak terburu-buru,ingin meluapkan semuanya.Aku pun disajikan secangkir teh hangat.
“Jadi,ceritakan apa yang terjadi.Aku sudah bisa melihat bahwa itu tujuanmu datang kesini.” Ujar Angel yang sepertinya sudah mengetahui maksud dari kedatanganku.”Apa yang harus kulakukan sekarang ? Dia tak pernah meresponku.Bahkan setelah yang kulalui bersamanya,belajar bersama,hingga pulang bersama,apakah ada yang salah dari hal tersebut? Aku selalu ada untuknya“,Aku mengeluarkan semuanya,hal mengganjal dan hal menyakitkan.
”Pernahkah kamu berpikir akan keburukan yang dimiliknya ? Apa yang kamu akan lakukan jika kamu mengetahuinya ? Jawabanmu yang akan menentukan isi hatimu” Balas Angeline.
Tentu saja Aku membalasnya “Aku siap dengan hal tersebut,apapun itu”.”Aku sudah menduga jawabanmu itu.Kamu pasti akan selalu bertahan disisinya,bukan ? Kamu pasti akan hancur tanpanya.Tapi bagaimana dengan Dia ? Apakah Dia akan hancur tanpamu ? Apakah Dia akan bertahan disisimu ?.” Ujar Angeline dengan tegas dan seakan menusuk hati.
Cukup menyayat hati.Serasa jantungku berhenti berdetak.Seakan-akan semuanya telah hilang,lenyap termakan api.Itulah yang kurasakan setelah mendengarkan pertanyaan Angeline.Jika saja Aku lebih lama lagi mendekatinya,apa yang akan terjadi ? Sepertinya,bagaimanapun caranya,semuanya akan gagal.
“Terima kasih telah mendengarkan semuanya.Aku akan memutuskan kelanjutannya dan pastinya,hanya kamu yang tau.Bahkan Aku pun tidak tau apa yang akan terjadi.” Ucapku malam itu,menutup pertemuanku dengan Angeline Victoria,seorang yang kaya raya dan cerdas dalam memainkan kata-kata.

Hari demi hari berlalu,Aku mulai melupakannya.
Keputusan terberat,namun harus kuterima.Suatu saat nanti Aku akan berpisah darinya,tak mungkin selalu bersama.Jarak yang selalu bertambah menjadi pertanda,bahwa semuanya sudah selesai.Aku mengingat suatu kalimat yang pernah di ucapkan Levi,salah satu karakter dari suatu animasi jepang,
’Jangan pernah menyesali pilihanmu,karena semua akan berakhir pada kehancuranmu.Semua tidak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya,jadi,janganlah takut untuk memilih’.
Kalimat tersebut membuatku seakan-akan selalu siap pada setiap kemungkinan yang terjadi.Ku akui ,mungkin saja pilihanku memasuki SMA S adalah pilihan yang salah.Sekolah ini termasuk sekolah dengan aturan terketat yang pernah ada.Tapi,Aku tidak akan pernah menyesalinya,karena sekolah ini juga,Aku jadi bisa sering menemuinya,Dia yang pernah membuat hidupku penuh warna.
Masa kelulusan telah tiba.Tiga tahun telah kuhabiskan di SMA S.Banyak hal dan pengalaman yang telah kulalui.Dan Aku berhasil lulus dengan nilai terbaik.Terima Kasih sahabatku,yang selalu bersamaku.Terima Kasih kawan-kawan yang bersamaku dalam segala kebahagiaan bersama.Dan juga,Terima Kasih,kepada Dia yang pernah menjadikan hidupku penuh warna.Semuanya telah berakhir.








Sekarang adalah masa dimana Aku harus mengabdi menjadi dokter selama beberapa tahun.Aku siap dengan hal baru yang selalu berada didepanku.Tidak terasa sudah 10 tahun sejak Aku lulus SMA S,Aku menjadi seorang yang hebat.Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.Namun tetap saja,satu hal yang selalu mengganjal dalam hidupku.

Apa kabar si Dia ?
Kenangan manis nan pahit,indah nan menyakitkan,semuanya serasa terbuang dengan percuma.Hingga.....
“Nate ?”ucap seseorang yang terdengar seperti suara seorang wanita,Aku pun menoleh ke arah belakang.Aku pun cukup terkejut ketika yang memanggilku ternyata Dia,seseorang yang telah berhasil membuatku penasaran akan keberadaannya selama 10 tahun terakhir.“Veron ?” balasku.”Kamu ternyata masih mengenaliku.”balasnya.
Percakapan singkat namun berhasil melepas kerinduanku kepadanya.ternyata memang diriku masih belum bisa melepaskannya,Dia yang pernah membuat hidupku berwarna.
”Nate,kamu baik-baik saja ?” Tanyanya kepadaku.Tanpa kusadari air mata mengucur di pipiku,rinduku padanya ternyata membuat ku meneteskan air mata.Apa yang kulakukan ?! Bodohnya diriku ini meneteskan air mata di hadapannya.Baru saja ku ingin berbohong atas kebodohanku ini,tetapi Dia lebih dulu berkata kepadaku sambil tersenyum,
”Bukan hanya kamu,tapi aku juga...        

...rindu.”
.
.
.
.
.
END


Sekian cerpen buatan saya,terima kasih :)